Jumat, 25 Januari 2013

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI


OLEH:
Nurmala Julianti
15211367
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012



Hasil studi yang telah dilakukan oleh FAO menjelaskan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Negara-negara berkembang yang membawa dampak ke peningkatan kemakmuran sampai kira kira akhir tahun 2005. Konsekuensinya adalah bertambahnya dengan cepat permintaan pangan serta perubahan bentuk dan kualitas pangan dari penghasil energi kepada penghasil protein nabati maupun hewani seperti susu, telur, tempe, daging. (BULOG, 1997)
Kedelai adalah sumber protein, sumber lemak, vitamin dan mineral yang sering dikonsumsi masyakarat di Indonesia. Tanaman kedelai sudah lama dikembangkan di Indonesia. Di pulau Jawa dan Bali sudah dikembangkan sejak tahun 1970. Sebagai bahan makanan kedelai bernilai tinggi dibandingkan tanaman kacang-kacangan yang lainnya.
Semakin kesini  kebutuhan kedelai meningkat setiap tahunnya. Di tahun 1973 Indonesia sudah berhasil mengekspor kedelai sebanyak 26 ribu ton kedelai. Namun di tahun berikutnya produksi tidak mampu mengimbangi permintaan akan kebutuhan kedelai. Peningkatan jumlah penduduk dan konsumsi kedelai baik masyarakat maupun industri menuntut pemenuhan permintaan kedelai sedangkan produksi kedelai dalam negeri semakin menurun dan belum mampu memenuhi permintaan kedelai sehingga dibutuhkan kedelai impor untuk menutup permintaan kedelai dalam negeri.
Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan kedelai, menurut Ir Rahmat Rukmana dan Yuyun Yuniarsih (1996), adalah konsumsi yang terus meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, membaiknya pendapatan per kapita, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi, dan berkembangnya berbagai industri yang menggunakan bahan baku kedelai.
Angka konsumsi kedelai dalam negeri cukup besar. Ada kecenderungan angka konsumsi meningkat sejalan dengan pertambahan populasi penduduk. Kebutuhan kedelai tahun 2002 mencapai 1,2 juta ton, di mana 60% (720.000 ton) dipasok melalui Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) dan selebihnya dipasok dari luar Kopti (Swastoko, 1997).
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih harus terus melakukan impor yang rata-rata sebesar 40% dari kebutuhan kedelai nasional meningkat dari tahun ke tahun, produksi dalam negeri masih relatif rendah dan memiliki kecenderungan terus menurun.  Hal ini menyebabkan ketergantungan akan kedelai impor terus berlangsung dan memiliki kecenderungan terus meningkat. Seperti yang terlihat dalam Gambar 1, puncak impor tertinggi tercatat untuk tahun 1996 sebesar 743 ribu ton, suatu peningkatan impor sebesar 50% dari tahun sebelumnya (496 ribu ton).  Sementara itu angka impor terendah selama kurun waktu tersebut terjadi pada tahun 1993 yaitu sebesar 700 ribu ton.  Secara keseluruhan selama kurun waktu tersebut kecenderungan impor kedelai nasional menunjukkan peningkatan sebesar 8,59%.
 Dengan mengacu latar belakang permasalahan diatas, maka perlu diteliti mengenai Analisis Permintaan Kedelai Di Indonesia serta proyeksinya dimasa yang akan datang.





DAFTAR PUSTAKA
Anynomous, 2004. Agricultural Data. FAO. www.fao.org
Anynomous, 2004. Kurs Tengah Dolar BI. www.BI.co.id
BULOG, 1997. Prospek dan Perspektif Kedelai. BULOG. Jakarta
Hakim, Abdul, 2002.  Statistik Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia.
Yogyakarta.
Mason.D, Robert, 1999.  Statistical Technique in Bussiness and Economics.
McGraw-Hill Companies.
Richard. A Bilas, 1992. Teori Mikro Ekonomi. Edisi pertama. Erlangga. Jakarta.
Rukmana. R, Yuniarsih. Y, 1995. Kedelai “Budidaya dan Pasca Panen”.
Siswono Y.H, 2003.  Membangun Kemandirian Di Bidang Pangan: Suatu
Kebutuhan bagi Indonesia. Jurnal Ekonomi Rakyat. Jakarta
Soyadina. Ory, 2000. Info Agro “Bisakah Impor Kedelai Dihentikan?”. Pikiran
Rakyat Cyber Media. Jakarta.
Sudarman, A. 2000. Teori Ekonomi Mikro. Buku 1. BPFE. Yogyakarta
Sudarsono, 1986  Teori Mikro Ekonomi. Edisi pertama. Erlangga. Jakarta.
Sudaryanto.T,1996. Ekonomi Kedelai di Indonesia “Konsumsi Kedelai”.hal 238-
264. IPB Press. Bogor.
Suprapto, H. 1996. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar