ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI
OLEH:
Nurmala Julianti
15211367
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2012
Hasil studi yang telah dilakukan oleh FAO menjelaskan bahwa
laju pertumbuhan ekonomi di Negara-negara berkembang yang membawa dampak ke peningkatan
kemakmuran sampai kira kira akhir tahun 2005. Konsekuensinya adalah
bertambahnya dengan cepat permintaan pangan serta perubahan bentuk dan kualitas
pangan dari penghasil energi kepada penghasil protein nabati maupun hewani
seperti susu, telur, tempe, daging. (BULOG, 1997)
Kedelai adalah sumber protein, sumber lemak, vitamin dan
mineral yang sering dikonsumsi masyakarat di Indonesia. Tanaman kedelai sudah
lama dikembangkan di Indonesia. Di pulau Jawa dan Bali sudah dikembangkan sejak
tahun 1970. Sebagai bahan makanan kedelai bernilai tinggi dibandingkan tanaman
kacang-kacangan yang lainnya.
Semakin kesini
kebutuhan kedelai meningkat setiap tahunnya. Di tahun 1973 Indonesia
sudah berhasil mengekspor kedelai sebanyak 26 ribu ton kedelai. Namun di tahun
berikutnya produksi tidak mampu mengimbangi permintaan akan kebutuhan kedelai. Peningkatan jumlah penduduk
dan konsumsi kedelai baik masyarakat maupun industri menuntut pemenuhan
permintaan kedelai sedangkan produksi kedelai dalam negeri semakin menurun dan
belum mampu memenuhi permintaan kedelai sehingga dibutuhkan kedelai impor untuk
menutup permintaan kedelai dalam negeri.
Beberapa faktor
yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan kedelai, menurut Ir Rahmat Rukmana dan
Yuyun Yuniarsih (1996), adalah konsumsi yang terus meningkat mengikuti
pertambahan jumlah penduduk, membaiknya pendapatan per kapita, meningkatnya
kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi, dan berkembangnya berbagai industri
yang menggunakan bahan baku kedelai.
Angka konsumsi
kedelai dalam negeri cukup besar. Ada kecenderungan angka konsumsi meningkat
sejalan dengan pertambahan populasi penduduk. Kebutuhan kedelai tahun 2002
mencapai 1,2 juta ton, di mana 60% (720.000 ton) dipasok melalui Koperasi Tahu
Tempe Indonesia (Kopti) dan selebihnya dipasok dari luar Kopti (Swastoko,
1997).
Untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih harus terus melakukan impor yang
rata-rata sebesar 40% dari kebutuhan kedelai nasional meningkat dari tahun ke
tahun, produksi dalam negeri masih relatif rendah dan memiliki kecenderungan
terus menurun. Hal ini menyebabkan ketergantungan akan kedelai impor
terus berlangsung dan memiliki kecenderungan terus meningkat. Seperti yang
terlihat dalam Gambar 1, puncak impor tertinggi tercatat untuk tahun 1996 sebesar
743 ribu ton, suatu peningkatan impor sebesar 50% dari tahun sebelumnya (496
ribu ton). Sementara itu angka impor terendah selama kurun waktu
tersebut terjadi pada tahun 1993 yaitu sebesar 700 ribu ton. Secara
keseluruhan selama kurun waktu tersebut kecenderungan impor kedelai nasional
menunjukkan peningkatan sebesar 8,59%.
Dengan
mengacu latar belakang permasalahan diatas, maka perlu diteliti mengenai
Analisis Permintaan Kedelai Di Indonesia serta proyeksinya dimasa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Anynomous, 2004. Agricultural
Data. FAO. www.fao.org
Anynomous, 2004. Kurs Tengah
Dolar BI. www.BI.co.id
BULOG, 1997. Prospek dan
Perspektif Kedelai. BULOG. Jakarta
Hakim, Abdul, 2002. Statistik Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis.
Ekonisia.
Yogyakarta.
Mason.D, Robert, 1999.
Statistical Technique in Bussiness
and Economics.
McGraw-Hill Companies.
Richard. A Bilas, 1992. Teori Mikro
Ekonomi. Edisi pertama. Erlangga. Jakarta.
Rukmana. R, Yuniarsih. Y, 1995. Kedelai “Budidaya dan Pasca Panen”.
Siswono Y.H, 2003. Membangun Kemandirian Di Bidang Pangan: Suatu
Kebutuhan
bagi Indonesia. Jurnal Ekonomi Rakyat. Jakarta
Soyadina. Ory, 2000. Info Agro “Bisakah
Impor Kedelai Dihentikan?”. Pikiran
Rakyat Cyber Media. Jakarta.
Sudarman, A. 2000. Teori
Ekonomi Mikro. Buku 1. BPFE. Yogyakarta
Sudarsono, 1986 Teori Mikro Ekonomi. Edisi pertama.
Erlangga. Jakarta.
Sudaryanto.T,1996. Ekonomi Kedelai di Indonesia “Konsumsi Kedelai”.hal 238-
264. IPB Press. Bogor.
Suprapto, H. 1996. Bertanam
Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.